Kurikulum merupakan
seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar
mengajar.
Sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum
itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya
kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling
berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Ada 4 aliran atau teori
pendidikan yang memiliki model konsep kurikulum dan praktek pendidikan
yang berbeda. Empat aliran pendidikan ini, yaitu pendidikan klasik, pribadi,
teknologi, dan interaksionis. Empat aliran atau teori pendidikan tersebut
memiliki model konsep kurikulum dan praktik pendidikan yang berbeda. Model
konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek
akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, teknologi pendidikan
disebut kurikulum teknologis, dan dari pendidikan interaksionis disebut
kurikulum rekostruksi sosial.
A. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum ini bersumber dari
pendidikan klasik , yang berorientasi pada masa lalu, isi pendidikan diambil
dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli , masing –
masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis , logis , dan solid.
Kurikulum subjek akademis adalah
model konsep kurikulum tertua dan masih sering dipakai sampai saat ini, karena
kurikulum ini cukup praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe
lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik
(perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini
lebih mengutamakan isi pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan disesuaikan dengan
displin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan
bahan sendiri, melainkan cukup mengorgansisasi secara sistematis mengenai isi
materi yang dikembangkan para ahli disiplin ilmu, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Kurikulum ini
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Kurikulum subjek akademis tidak
berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam secara berangsur
memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Salah satu contoh kurikulum
yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man: A Course of Study
(MACOS). MACOS adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas
buku-buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya.
Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu
sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Brunner. Sasaran utama
kurikulum MACOS adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan
penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian
cara kerja yang memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu
menganalisis kehidupan sosial.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek
akademis, yaitu:
1. Melanjutkan pendekatan struktur
pengetahuan.
Murid-murid
belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta, serta bukan sekedar
mengingatnya.
2. Studi yang bersifat integratif
Pengorganisasian
tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja
ilmiah dan problema-problema yang ada. Maka, dikembangkan suatu model kurikulum
yang terintegrasi (integrated curriculum). Ada beberapa ciri model
kurikulum yang dikembangkan:
· Menentukan
tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme)
· Menyatukan
kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
· Menyatuka
berbagai cara/metode belajar.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
fundamentalis.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai
berikut:
a.
Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid
serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
b.
Metode yang paling sering digunakan adalah metode
ekspositori dan inkuiri.
c.
Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian
dielaborasi oleh siswa sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep
utama disusun secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai
masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
Pola-pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum
subjek akademis diantaranya sebagai berikut:
1)
Correlated curriculum adalah pola
organisasi materi atau konsep suatu pelajaran yang dikorelasikan dengan
pelajaran lainnya.
2)
Unifyied atau Concentrated
curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran displin ilmu.
3)
Integrated curriculum yaitu sama
halnya dengan unifyied curriculum, namun yag membedakan pada integrated
curriculum tidak nampak lagi displin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupa tertentu.
4)
Problem solving curriculum adalah pola
organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari
berbagai displin ilmu.
d.
Metode evaluasi, yaitu kurikulum subjek akademis
menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan
bentuk uraian (essay) dari pada tes objektif.
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum ini berdasarkan konsep
aliran pendidikan pribadi (persoznalized educationi) yaitu John Dewey
dan J.J. Rousseau. Konsep ini lebih mengutamakan siswa yang merupakan subjek
yang menjadi pusat utama kegiatan pendidikan. Selain itu, pendidik humanis
lebih juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa seorang anak merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh
bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif
(emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
Pandangan mereka berkembang sebagai
reaksi terhadap pendidikan yang lebih menentukan segi intelektual dengan peran
utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana yang permisif,
rilek, dan akrab. Berkat situasi tersebut anak dapat mengembangkan segala
potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan
bagaimana mengajar siswa, bagaimana merasakan dan bersikap terhadap sesuatu.
Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran sendiri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari linkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk
dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan: konfluen, kritikilisme radikal,
dan minikisme modern.
Ada tiga aliran yang termasuk dalam pendidikan
humanistik, yaitu:
1. Pendidikan
Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespons secara utuh (baik
segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesaruan yang menyeluruh
dari lingkungan. Kurikulum konfluen memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
1)
Partispasi, kurikulum ini menekankan partisipasi
murid dalam belajar.
2)
Integrasi, adanya interaksi, interpenetrasi,
dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga tindakan.
3)
Relevasi, adanya kerelevanan is kurikulum
antara kebutuhan, minat dan kehidupan murid.
4)
Pribadi anak, memberikan tempat utama pada pribadi
anak untuk berkembang dan beraktualisasi potensi secara utuh.
5)
Tujuan, memiliki tujuan mengembangka pribadi
yang utuh.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan
dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
3. Mistikisme Modern, yaitu aliran yang menekankan latihan dan pengembangan
kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training,
yoga, meditasi, dan sebagainya.
Karakteristik Kurikulum Humanistik :
a.
Berkenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi dan
evaluasi
b.
Menuntut hubungan yang emosional yang baik antara guru
dan murid
c.
Menekankan integrasi
d.
Evaluasi , lebih mengutamakan proses daripada hasil. Dan tidak memiliki kriteria pencapaian. Sasaran kurikulum
ini adalah perkembangan anak agar menjadi manusia yang lebih terbuka dan lebih
mandiri.
C. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini lebih memusatkan
perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Pada
kurikulum ini, pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerja sama. Kerja sama dan interaksi yag terjadi bukan hanya antara
guru dan siswa, melainkan antara siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan
serta siswa dengan sumber belajar lainnya.
Pandangan rekonstruksi sosial di
dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug melihat adanya
kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Rug menginginkan siswa dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial sehingga diharapkan
dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahu
1950-an menyampaikan gagasanya tentang rekonstruksi sosial. Untuk melaksanakan
hal itu, sekolh mempunyai kewajiban membantu individu mengembangkan kemampuan
sosialnya dan membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan
sosial.
Ciri-ciri desain kurikulum rekonstruksi sosial adalah
sebagai berikut:
1.
Bertujuan utama menghadapkan para siswa pada
tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia dalam masyarakat.
2.
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah
sosial yang mendesak.
3.
Pola-pola organsasi kurikulum ini disusun seperti
sebuah roda, ditengah-tengahnya sebagai poros merupakan masalah yang menjadi
tema utama.
Kurikulum rekonstruksi sosial
memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan
bentuk-bentuknya berbeda. Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosial
adalah sebagai berikut:
a) Tujuan dan isi kurikulum.
Tujuan program pendidikan setiap
tahun berubah.
b) Metode.
Bagi
rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan
antara seorang dengan lainnya, tidak ada kompetisi, yag ada adalah kerjasama,
pengertian dan konsensus.
c) Evaluasi.
Siswa dilibatkan dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
Untuk pelaksanaan pengajaran
rekonsruksi sosial, Harold G. Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar
mempelajari kecenderungan (trends) perkembangan. Kecenderungan utama adalah
perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan
perkembangan masyarakat. Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi,
politik, sosial, dan budaya.
Sedangkan “pelaksanaan pengajaran
rekonstruksi sosial”, yaitu “rekonstruksi sosial” banyak dilaksanakan
didaerah yang belum maju dan tingkat ekonominya masih rendah. Pengajaran
diarahkan untuk meningkatkan kondidi kehidupan mereka sesuai potensi yang ada
dalam masyarakat , biaya dari pemerintah.
D. Kurikulum
Teknologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang juga teknologi
pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu
menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan
pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi
yang lebih besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan ahirnya
menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Contohnya, sejak dulu pendidikan
telah menggunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun,
sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak alat (tool) seperti
audio,video, overhead projector, film slide, dan motion film,
serta banyak alat-alat lainnya.
Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1.
Perangkat lunak (software) atau disebut juga
teknologi sistem (system technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas
pendidikan.
2.
Perangkat keras (hardware) atau sering disebut
juga teknologi alat (tools technology). Pada bentuk ini, lebih
menekankan kepada penyusuna program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem.
Ciri-ciri kurikulum yang
dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis), yaitu:
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu
kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau
tujuan instruksional.
b.
Metode yang digunakan biasanya bersifat individual,
kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara
kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
o Penegasan
tujuan kepada siswa.
o Pelaksanaan
pengajaran
o Pengetahuan
tentang hasil
o Organisasi
bahan ajar
o Evaluasi
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada
beberapa kriteria, yaitu:
1. Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain.
2. Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa
diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari
pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi.
Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat
bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan
kompetensi tertentu.
Dalam pengembangan kurikulum
teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik
serta media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan
bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini
merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.
Sumber:
http://auliagustina.blogspot.com/2011/03/macam-macam-model-konsep-kurikulum.html
(dikutip dari: Syaodih S., Nana. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Jakarta: Rosda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar